Friday, September 25, 2015

Harapanku dan Masalahku

Setiap mahluk hidup tidak akan lepas dari masalah, masalah ini ada karena adanya harapan-harapan dari setiap individu. Hubungan yang sudah diawali dengan masalah, belum tentu selamanya bermasalah. Tetapi, bukan berarti hubungan yang tidak ada masalah alias baik-baik saja akan tetap tidak akan masalah, kita selalu berharap tidak, tapi bisa saja akan timbul masalah dikemudian hari.

Harapan...

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang.(wikipedia) 

Monday, September 14, 2015

Surat Untuk Suamiku, Papa Beb...

Sayang,
Sudah hampir 3 bulan lamanya kau pergi meninggalkan rumah
Tak berubah sedikit pun keyakinan diri akan janji yang telah kita ucapkan bersama dihadapan Tuhan
Walau hati ini luka dan marah atas sikap dan perbuatanmu
Tetap hati ini seperti tau apa yang kau rasakan

Ingat kau pegang tanganku...
Saat pertama kali kita menginjakkan kaki kembali diBali,
Setelah badai besar menimpa kita ditahun lalu?
Kau meminta maaf, dan kita berjanji akan akan menjalani semua Fresh dari awal
Anak-anak pun memberi kita waktu untuk memperbaiki waktu kita berdua
Ingatkah kamu... tidak mudah khan kita menjalaninya?

Sunday, September 13, 2015

Nilai-Nilai dalam Pendidikan Berbasis Keluarga "Apa itu Homeschooling Bag 2"

Dalam keluarga pada dasarnya memiliki nilai-nilai moral dan aturan yang menjadi essensi dalam suatu keluarga, yang terbentuk sejak sebuah janji pernikahan itu diucapkan. Sehidup semati dalam suka dan duka, begitu intinya. Dalam menjalankannya pun, memerlukan perjuangan yang luar biasa untuk mempersatukan dua insan yang memiliki dua latar belakang yang berbeda. Dimana harus ada effort yang luar bisa dari kedua belah pihak untuk bisa sama-sama berusaha untuk dapat menyelesaikan setiap permasalahan dalam rumah tangga. Baik masalah pribadi sampai ekonomi, dan bila sudah ada anak ya... pastinya bagaimana mendidik dan membesarkan anak dibicarakan bersama. Kata kuncinya terbuka, saling memahami dan percaya, untuk menghindari perpecahan dan pergeseran nilai-nilai yang menjadi dasar pernikahan.

Dalam tulisan saya kali ini, saya hanya berusaha untuk men-share-kan apa yang saya lakukan dalam beberapa bulan terakhir terhadap anak-anak untuk memperbaiki juga meminta maaf sebagai bentuk introspeksi diri. Dimana kehidupan saya dan anak-anak sebagai keluarga Pendidikan Berbasis Keluarga (PBK) atau homeschooling, berbeda dengan kebanyakan keluarga PBK lainnya. Kalau pun ada, amat sangat mungkin berbeda dengan saya dan anak-anak dalam menjalani prosesnya karena Keunikan setiap keluarga itu sendiri. Sehingga saya lebih ingin menulis bagaimana dan apa yang saya lakukan untuk membenahi diri, sehingga gesekan akibat pergeseran itu tidak berdampak negatif terhadap anak-anak. 

Friday, September 4, 2015

Melalui Masa Krisis Keluarga PBK Independen Tunggal

Jujur saya bukan orang baik, saya hanya seorang ibu yang ingin kebahagiaan untuk anak-anaknya. Merubah sesuatu yang menyakitkan terasa sangat tidak mungkin untuk dilakukan seperti semudah membalikkan telapak tangan. 

http://pemilu.tempo.co
Pasca kepergian suami tanpa pesan dan kabar, karena sudah kali kedua terjadi, membuatku lebih tegar dan membutuhkan waktu cukup untuk bangkit dan memperjuangkan yang masih bisa diselamatkan terutama hati dan kebahagiaan anak-anak. Tetap masa krisis itu ada, rasa sakit dan marah akan sikapnya yang sangat tidak dapat dibenarkan membuatku sangat terpukul. Dalam masa krisis itu yang kulakukan adalah meminta maaf terutama pada diri sendiri, itu yang paling utama baru setelah itu saya meminta maaf dan pendekatan ke anak-anak. 


Thursday, September 3, 2015

Seperti Pelangi Sehabis Hujan

Harapan setiap insan manusia ingin memiliki kehidupan yang indah dan harmonis, tapi tidak bisa semua orang merasakan keharmonisan itu faktanya. Pada umumnya pasti saja ada yang dijadikan masalah, ya masalah hubungan dengan mertua, masalah ekononi keluarga, hubungan personal antara suami dan istri, sampai dengan masalah anak-anak, dan tidak ada yang bisa menghindar dari masalah itu. 

http://twicsy.com/i/k7wKad
Menepis ketakutan diri...

Suatu kenyataan hidup yang harus kembali saya dan anak-anak alami. Saat ini saya memberanikan diri untuk berbagi pengalaman, sebagai keluarga pendidikan berbasis keluarga (PBK) independen yang mengalami permasalahan keluarga yang mengakibatkan perpisahan, walau masih pisah rumah tanpa kabar berita. 

Masih menjadi suatu yang tabu atau memalukan untuk diungkapkan. Tetapi saya berpandangan sebaliknya, justru dengan berbagi saya merasakan anugrah berkat tak terhingga khususnya mempengaruhi saya dalam menemukan ketenangan mendampingi  anak-anak. Dan mungkin juga bisa menjadi inspirasi bagi keluarga-keluarga lain yang mungkin merasa tulisan saya ini memberikan

Friday, June 12, 2015

Apa itu Homeschooling? Dari kacamataku...


Kata Homeschooling itu bahasa kerennya dari Pendidikan Berbasis Keluarga. 
Memang kalau diartikan langsung Home = Rumah, Schooling = Sekolah, bila digabungkan jadi Sekolah di Rumah. Banyak juga yang mengartikan kata "Sekolah di Rumah" ini sebagai pendidikan yang ada disekolah bulat-bulat dibawa kerumah, bisa saja.  Akan tetapi bagi channy hal ini sangat berat untuk dilakukan. 

Kenapa berat? 
Ya karena kita bukan guru, kita adalah orang tua. Sekalipun orang tua yang berprofesi sebagai guru pun akan mengalami kesulitan untuk melakukan hal ini ke anak-anaknya, ini yang aku dengar dari beberapa teman praktisi yang berprofesi sebagai guru. Pasti berfikiran aneh khan, kenapa guru saja sulit melakukannya? Mungkin akan lebih mudah karena skill ilmunya  sudah dipahami, akan tetapi dalam proses pelaksanaannya akan berat arena sistem dan pola pendidikan sekolah dan keluarga itu sudah jelas-jelas beda. 


Jadi apa arti Homeschooling sebenarnya?

Home yang diartikan Rumah dalam bahasa indonesia, bila kita cermati lebih dalam lagi siapa yang berada dirumah kita? Ayah, Ibu dan Anak, kalau di bali sini biasa ada Nenek dan kakek, juga om, tante, sepupu tinggal dalam satu rumah. Schooling dapat lebih diartikan sebagai tempat dimana melakukan proses belajar mengajar. Jadi bisa diartikan seperti ini, suatu kelompok masyarakat yang memiliki hubungan persaudaraan/kandung/sedarah/pernikahan yang tinggal bersama dalam satu rumah, yang melakukan kegiatan bersama yang didalamnya ada unsur mendidik. Inilah sebenarnya, kenapa di Bali ini sangat cocok untuk pendidikan berbasis keluarga. Karena budayanya yang sudah sangat mendukung untuk melakukan teori pendidikan berbasis keluarga. 

Nah sudah paham belum? Hehehe...

Jadi bila dapat di jabarkan lagi kira-kira sbb:
  1. Homeschooling itu adalah Orang Tua yang mengajar anak-anaknya. 
  2. Tidak mendaftarkan diri kelembaga manapun untuk mendapatkan pendidikan. Akan tetapi, sah-sah saja untuk mendapatkan bantuan-bantuan dalam proses pendidikan dan pengajaran anak-anak. 
Misalnya, Kakak ingin belajar alat musik piano. Karena kami tidak bisa main piano, ya kami carikan guru piano yang bisa mengajarkan kakak. Sekalipun mendapat bantuan guru-guru les mata pelajaran akademis seperti matematika, bahasa inggris, ilmu alam, dan ilmu-imu lainnya. Selama, memang anak senang dan bahagia. Materi dan penyampaian materinya pun juga mengikuti minat anak. Siapa yang tau benar tentang anaknya, kalau bukan orang tuanya sendiri bukan?

Nanti pasti bertanya lagi, Pakai kurikulum apa? Berapa biayanya? 
Nah... Nah.... Nah... Ntar yaaaa dilanjutnya. Coba pelan-pelan nanti Channy sharing lagi ya dalam tulisan selanjutnya. Sebagai bagian dari proses belajar Channy belajar menulis dan nge-blog. Akan tetapi sebagai catatan saja, bahwa semua akan menjadi lebih efektif dan efisien karena anak-anak senang dan bahagia mempelajarinya.

Happy Learning!



Thursday, June 11, 2015

Menentukan Bentuk Pendidikan Berbasis Keluarga

Sebenarnya masih ragu untuk men-share pengalaman kami dalam memilih bentuk pendidikan yang tepat buat ke-tiga buah hati kami. Dengan latar belakang dan hakikat setiap keluarga yang berbeda-beda, belum lagi bila memiliki anak lebih dari satu seperti kami, background pendidikan bukan guru, dan berbagai macam alasan yang menjadi penghalang. Untuk memikirkan pola yang tepat bagi anak , memikirkan satu anak saja sudah membutuhkan kesabaran yang luar biasa, bagaimana lebih dari satu ya? Dengan memahami bahwa setiap anak memiliki keunikan dan kelebihannya sendiri-sendiri akan terasa sangat berat, bila kita masih memiliki konsep pemikiran persekolahan. Pastinya pusing tujuh keliling dan sudah pasti mundur teratur untuk terjun kedunia Pendidikan Berbasis Keluarga seperti kami. Xixixixixi...

Bisa dibilang latar belakang kami memilih menjadi keluarga pendidik berbasis keluarga atau biasa dikenal dengan homeschooling, memang karena dorongan anak dan kondisi sekolah yang anak idamkan sangat diluar kemampuan kami dan menurut kami tidak realistis, dan itu pun masih ada yang tidak sesuai. Yak akhirnya terbuka juga khan, hahahaa... bukannya benci sama lembaganya lho ya. Memang ga masuk diakal saja persekolahan sekarang ini. Ditambah memang punya pengalaman kurang menyenangkan dimasa-masa sekolah dulu. Yah, mau bagaimana, mereka pasti punya aturan dan sistemnya sendiri untuk kepentingan lembaga yang jelas tidak bisa disamakan dengan kepentingan setiap keluarga, apalagi untuk keluarga seperti kami yang aneh... hahahaha... Pusing gak? Pastinya pusing banget khan...

Tapi tidak usah takut, channy yakin sekali, bahwa semua keluarga lain jauh lebih siap dari pada channy yang memang pas-pasan disegala sisi. Yah, daya juangnya... ya ilmu pengetahuannya... apalagi kalau malasnya lagi kumat... Boleh dibuktikan deh ke mama papa ku tersayang... 

Sudah 3 tahun ini saja kami masih mencari bentuk atau konsep pendidikan yang tepat untuk keluarga kami, itu biasa terjadi dalam keluarga pendidik berbasis keluarga. Dan itu nikmatnya menjadi keluarga pendidik berbasis keluarga, bisa ngatur seenaknya sendiri dan sesuka hati yang penting hati happy. Hahaha... Terkesan buruk ya...? Pasti karena jelas makin tidak jelas, jelas makin buat orang bingung. Ya pastilah selanjutnya ada seleksi alam yang sangat luar biasa. Hanya butuh kesabaran dan keikhlasan hati untuk menghadapi semua yang datangnya dari luar.

Nah, ini yang channy lakukan untuk bisa menentukan bentuk pendidikan berbasis keluarga bagi keluarga kami:

  1. Tutup Kuping dari semua hal yang membuat pusing kepala, rasa takut dan lain -lain.
  2. Mencari komunitas-komunitas pendidikan berbasis keluarga nasional dan international, di facebook dll. Dan cari yang terdekat, siapa tau bisa bertemu itu lebih baik untuk sosialisasi anak.
  3. Memperkaya diri dengan berbagai ilmu yang dapat memberikan Booster positif bagi keluarga. Baik ikut seminar parenting, kegiatan keagamaan, komunitas-komunitas, apa saja... yang bisa memberikan peluang belajar bagi keluarga.
  4. Sedini mungkin menanamkan nilai-nilai dasar keluarga kepada anak-anak, untuk menumbuhkan minat belajar anak dan kemandirian belajar. Hal ini akan sangat mempermudah dalam proses belajar dalam keluarga pendidik berbasis keluarga.
  5. Mendampingi anak dalam setiap Mode-On nya muncul. Ini yang susah-susah gampang. Melihat kebiasaan keluarga kami yang banyak bertemu orang dan hampir 1/2 hari ada di tempat usaha.
  6. Dengan melakukan hal-hal diatas, membuatku bisa melihat masing-masing potensi anak dan menentukan bentuk pendididkan seperti apa yang pas untuk anak-anak. 
Apa saja yang harus dipersiapkan?
Hanya keikhlasan dan kesabaran yang tulus, serta kasih sayang yang berlimpah menyadari bahwa anak-anak titipanNya adalah suatu yang utuh dan unik dengan talentanya yang luar biasa tanpa satu kurang apapun. Sehingga kita bisa dengan sadar hati penuh, dapat membimbing anak-anak kita sebaik mungkin. 

Jangan lupa kalau setiap keluarga itu unik, jadi Don't Worry Be Happy... kata Bob Marley.
Selamat Mencoba and Welcome to Dunia belajar tanpa batas...