Sunday, September 13, 2015

Nilai-Nilai dalam Pendidikan Berbasis Keluarga "Apa itu Homeschooling Bag 2"

Dalam keluarga pada dasarnya memiliki nilai-nilai moral dan aturan yang menjadi essensi dalam suatu keluarga, yang terbentuk sejak sebuah janji pernikahan itu diucapkan. Sehidup semati dalam suka dan duka, begitu intinya. Dalam menjalankannya pun, memerlukan perjuangan yang luar biasa untuk mempersatukan dua insan yang memiliki dua latar belakang yang berbeda. Dimana harus ada effort yang luar bisa dari kedua belah pihak untuk bisa sama-sama berusaha untuk dapat menyelesaikan setiap permasalahan dalam rumah tangga. Baik masalah pribadi sampai ekonomi, dan bila sudah ada anak ya... pastinya bagaimana mendidik dan membesarkan anak dibicarakan bersama. Kata kuncinya terbuka, saling memahami dan percaya, untuk menghindari perpecahan dan pergeseran nilai-nilai yang menjadi dasar pernikahan.

Dalam tulisan saya kali ini, saya hanya berusaha untuk men-share-kan apa yang saya lakukan dalam beberapa bulan terakhir terhadap anak-anak untuk memperbaiki juga meminta maaf sebagai bentuk introspeksi diri. Dimana kehidupan saya dan anak-anak sebagai keluarga Pendidikan Berbasis Keluarga (PBK) atau homeschooling, berbeda dengan kebanyakan keluarga PBK lainnya. Kalau pun ada, amat sangat mungkin berbeda dengan saya dan anak-anak dalam menjalani prosesnya karena Keunikan setiap keluarga itu sendiri. Sehingga saya lebih ingin menulis bagaimana dan apa yang saya lakukan untuk membenahi diri, sehingga gesekan akibat pergeseran itu tidak berdampak negatif terhadap anak-anak. 


totokwow.com
Bilamana Perubahan Nilai itu Terjadi

Pergeseran dalam setiap keluarga itu sebenarnya bukan suatu masalah, karena dunia pun selalu berputar, berharap selalu ke arah yang lebih baik. Tapi bila yang terjadi sebaliknya apa yang bisa kita lakukan?

Idealnya... Bila terjadi pergeseran nilai-nilai, tindakan yang dilakukan adalah membicarakan dan ditangani dengan baik oleh pasangan, baik suami mapun istri. Tentunya dengan komunikasi yang baik, akan ada titik tengah dalam mengatasi suatu permasalahan yang dihadapi dan dibutuhkan ke-Ikhlas-an untuk dapat memberi dan menerima perbedaan pendapat dan menciptakan kesempatan dalam mengatasi pergeseran nilai tersebut. Ya seperti test trial and error gitulah dan terus berkomunikasi bila error itu masih ada. Hal ini justru menjadi suatu pembelajaran untuk sama-sama saling memahami karakter pasangan lebih dalam lagi, menerima perubahan-perubahan yang ada dan pada akhirnya sama-sama mencoba memperbaiki diri sehingga hal yang sama tidak terulang lagi. Inti penting dari penyelesaian masalah ini adalah, KOMUNIKASI yang harus dilakukan oleh pasangan secara rutin berdua. Bila masalah komunikasi antar pasangan itu sudah sulit dilakukan  pastinya yang terjadi hanyak hal yang menimbulkan kebingungan pada anak, melihat cara dan pola didik kedua orang tuanya berbeda. Tentunya hal ini berdampak tidak baik, anak-anak akan lebih memilih yang enak dan gampangnya saja. Hal ini yang merupakan masalah besar dalam Pendidikan Berbasis Keluarga (PBK)/Homeschooling.

Introspeksi Diri

Kondisi seperti diatas secara global yang terjadi pada keluarga kami. Yang terjadi anak-anak cenderung memilih cari jalan yang paling mudah dan paling gampang saja. Kenapa? Ya karena orang tua sendiri yang menyediakan pilihan itu.

Ingat..! Anak-anak itu pintar. Mereka memiliki kemampuan yang sama dengan kita yang dewasa, dapat memilih jalan yang termudah dan terpraktis. Bukannya ingin buat susah mereka ya, tapi bagi saya agak sedikit mendidik anak untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan agak perlu perjuangan sehingga anak sudah mulai terbiasa dengan berusaha sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya. Memberikan edukasi tentang bagaimana memiliki keinginan itu, bagaimana memanage hatinya sehingga keinginan itu terseleksi dengan baik dan menghasilkan pilihan yang betul-betul memuaskan hatinya dan dampaknya setiap apa yang dipilihnya akan menjadi suatu yang bermanfaat buat anak-anak. Hal ini sudah kami biasakan sehingga tidak menjadi masalah dalam memanage nya, akan tetapi... yang terjadi anak-anak menemukan cara yang lain dalam mendapatkan keinginannya itu. Ya... ngumpet-ngumpet... Diam-diam beli permen... sehingga beberapa hari lalu kakak dan kay panas, dede tiba-tiba jadi sering sakit gigi begitu di cek bolongnya dalam. Coba bagaimana perasaan saya? Seperti ada yang hilang... kurang apa saya setiap saat bersama mereka masih ada kecolongan seperti ini...

Mungkin hal ini hal sepele, tapi bagi saya, bila saya tidak menyikapinya segera akan berdampak buruk untuk masa depan anak-anak saya. Dan bagi anak-anak saya, untuk saat ini menerima konsekuensi dari suatu tindakan manjadi poin pembelajaran. Haduuuuh... prosesnya itu lho... Pasti tau khan rasanya kalau anak lagi rewel gak jelas... Dan ini 5 kali lipat rasanya itu, dengan beban yang bukan dari masalah yang ditangisi anak membuat aku beberapa kali tantrum...

Ya, saya akui... Sekali terjadi didepan anak-anak, setelah reda, aku ingatkan anak-anak untuk lari ke kamar menjauhi saya bila saya lupa mengingatkan mereka saya sedang emosional berat... Tapi puji Tuhan, kalau saat emosi saya masih sempat mengingatkan anak-anak dan anak-anak mengikuti instruksi saya... Dan yang saya lakukan hanya menutup muka saya dengan bantal sekeras mungkin sehingga teriakan saya dan tangisan saya tidak terdengar oleh anak-anak...

Karena sudah terjadi, 
Istilah kebanyakan orang pakai "Nasi sudah jadi bubur..." tapi ada kelanjutannya lho... "Bubur Ayam juga gak kalah enaknya untuk santapan harian..."  Sedangkan pada kebanyakan Bubur menjadi santapan utama kebanyakan orang dalam kondisi tidak enak badan, karena banyak membantu proses pemulihan... Dan bubur ayam adalah salah satu makanan favorit kami...

Filosofi "Bubur Ayam" ini memotifasi dan membuat saya tetap optimis untuk memperbaiki sedikit demi sedikit apa yang bisa saya perbaiki dalam kondisi yang sulit ini... Dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan luar biasa bagi saya, untuk dapat menjalani hari-hari saya bersama anak-anak... Sehingga saya harus memperbaiki diri, dan keluar dari semua ketakutan dalam diri untuk bisa memperbaiki semua ini...

Terkesan EGOIS
Dalam melakukan proses perbaikan diri, yang timbul adalah kesan egois pada diri saya. Karena saya hanya ingin melakuan yang saya anggap itu baik untuk saya dan anak-anak. Yang awalnya merasakan kekhawatiran yang mendalam, memberikan kenyamanan bagi diri saya, dan dampaknya saya relax menjalani hari-hari saya. Yang teraplikasi ke anak-anak malah jadi baik, anak-anak semakin terbuka,  dan dekat rasanya. Ya, saya hanya memproteksi apa yang saya percaya, baik buruk itu terserah penilaian masing-masing. Bagi saya, inilah jalan yang bisa saya tempuh untuk memperbaiki semua.

"Have Courage and Be Kind" - Cinderella Story.

2 comments:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.site
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    8 Pasaran Togel Terbaik Bosku
    Joker Slot, Sabung Ayam Dan Masih Banyak Lagi Boskuu
    BURUAN DAFTAR!
    MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
    DOMPET DIGITAL OVO, DANA, LINK AJA DAN GOPAY
    UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU
    dewa-lotto.site

    ReplyDelete
  2. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.site
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    8 Pasaran Togel Terbaik Bosku
    Joker Slot, Sabung Ayam Dan Masih Banyak Lagi Boskuu
    BURUAN DAFTAR!
    MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
    DOMPET DIGITAL OVO, DANA, LINK AJA DAN GOPAY
    UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU
    dewa-lotto.site

    ReplyDelete