Thursday, September 3, 2015

Seperti Pelangi Sehabis Hujan

Harapan setiap insan manusia ingin memiliki kehidupan yang indah dan harmonis, tapi tidak bisa semua orang merasakan keharmonisan itu faktanya. Pada umumnya pasti saja ada yang dijadikan masalah, ya masalah hubungan dengan mertua, masalah ekononi keluarga, hubungan personal antara suami dan istri, sampai dengan masalah anak-anak, dan tidak ada yang bisa menghindar dari masalah itu. 

http://twicsy.com/i/k7wKad
Menepis ketakutan diri...

Suatu kenyataan hidup yang harus kembali saya dan anak-anak alami. Saat ini saya memberanikan diri untuk berbagi pengalaman, sebagai keluarga pendidikan berbasis keluarga (PBK) independen yang mengalami permasalahan keluarga yang mengakibatkan perpisahan, walau masih pisah rumah tanpa kabar berita. 

Masih menjadi suatu yang tabu atau memalukan untuk diungkapkan. Tetapi saya berpandangan sebaliknya, justru dengan berbagi saya merasakan anugrah berkat tak terhingga khususnya mempengaruhi saya dalam menemukan ketenangan mendampingi  anak-anak. Dan mungkin juga bisa menjadi inspirasi bagi keluarga-keluarga lain yang mungkin merasa tulisan saya ini memberikan gambaran tentang pendidikan berbasis keluarga tunggal yang tadinya independen aja sekarang benar-benar independen alisa orang tua tunggalSaya hanya ingin berbagi, tanpa keharmonisan itu memang tidaklah sempurna. Paling tidak dalam ketidaksempurnaan itu, muncul sesuatu yang lebih baik dari kesempurnaan itu sendiri, yaitu Keseimbangan Hidup baik bagi saya juga pastinya buat ke-tiga anak-anak saya.


Bukan suatu yang mudah...

Tidaklah mudah untuk menjalaninya sendiri, dimana banyak permasalahan yang terbengkalai dan harus dibenahi karena situasi yang terjadi. Bertambahlah masalah menjadi masalah ekonomi. Yang saya lakukan hanya satu, menjaga ketenangan hati dan kebahagiaan anak-anak. Memindahkan usaha dari satu tempat ketempat yang lebih terjangkau secara fisik, membenahi rutinitas anak-anak, hal ini membutuhkan kesabaran dan ketenangan yang super extra dalam kondisi yang sangat rumit. Inilah tantanganku menciptakan keharmonisan didalam ketidakharmonisan keluarga tanpa mempengaruhi terlalu dalam lagi perkembangan tumbuh kembang anak-anak. Tapi saya meyakini, setiap masalah itu datang, tidak karena kita tidak mampu menghadapinya, justru sebaliknya. Anak-anak amat sangat dicintai-Nya sehingga dapat merasakan cobaan yang sangat berat diusianya yang sangat muda.

Kini tersisa hanya, saya, seorang ibu yang masih memiliki harapan untuk bisa memperbaiki kerusakan-kerusakan yang telah terjadi dalam diri anak-anak. Luka yang ada dihatinya, yang tidak hanya cukup dengan kata maaf terucap dari bibir sang orang tua, dan menghapus seketika lukanya dan menerima kenyataan pahit. Mulut ini bisu seribu bahasa...

Saya percaya, harapan itu masih ada. Semangat itu masih ada dalam diri ini. Dan selama harapan dan semangat itu ada, Tuhan tidak buta. Saya pasti bisa mengurangi beban penderitaan anak-anak yang tersakiti. 

Dalam kesempatan ini pula, saya secara pribadi, memohon maaf kepada semua yang pernah merasa tersakiti dengan sikap saya, terutama juga terhadap suami yang saat ini entah dimana, "Maafkan Saya, istri yang tidak bisa memenuhi apa yang kamu minta. Carilah kebahagiaanmu... Saya dan anak-anak, saat ini dan seterusnya akan menjalani hidup yang sudah kita jalani hampir 11 tahun dan mungkin tidak kamu bisa terima..." 

Tuhan mengasihi saya dan anak-anak seperti Pelangi Sehabis Hujan...
Kini aku berada dalam tutupan awan tebal, diderasnya hujan turun membasahi membersihkan diri...
Dibalik duka ku telah menanti, harta yang terindah dan abadi... Seperti pelangi sehabis hujan...
"Rohani:Pelangi Sehabis Hujan - Nikita"

Amin...

Note:
Tulisan ini saya buat tanpa ada keinginan untuk menjelekkan atau menjatuhkan pihak-pihak manapun, termasuk suami saya sendiri. Saya hanya ingin menyampaikan pengalaman saya sebagai bentuk sharing, sehingga saya dapat menjadi diri saya sendiri, lepas  enteng dari beban berat ini. Atau juga mungkin bisa pembelajaran bagi semua yang membaca, bahwa dalam kondisi apapun pendidikan berbasis keluarga (PBK) masih tetap bisa dilakukan. Justru saya dan anak-anak merasa bersyukur menjadi anak-anak Tuhan yang terpilih, dapat melakukan pendidikan berbasis keluarga secara independen tunggal dan tanpa perseteruan yang berarti yang dapat menghambat proses belajar anak-anak. 

Satu pinta saya, jangan kasihani kami, saya dan anak-anak saya... 
Kami bukan orang yang patut dikasihani, kami masih merasa penuh dengan berkat dan kami masih memiliki keyakinan akan janji-janji Kasih Setia Nya yang tiada terhingga dan abadi... Amin..!!!

Saya juga ingin menghimbau kepada pak suami, bila saja membaca, cuma satu pesan saya... 
"Jagalah kebahagiaan yang ada walau jarak memisahkan tanpa kabar dan berita, belajarlah bertanggung jawab dengan perbuatan diri tanpa melibatkan saya dibelakangmu... Pintu rumah masih terbuka untukmu, saat dirimu sudah menemukan arti kata Ikhlas, Kasih dan Tanggung Jawab... Karena hanya itu yang ku punya saat ini untuk memperjuangkan masa depan anak-anak kita..."

Terima kasih untuk keluarga saya dan juga keluarga suami, juga orang-orang yang tidak bisa saya sebutkan disini, sekali lagi terima kasih banyak, sudah mau diam menjadi pendengar keluh kesah saya dan membiarkan saya melakukan ke-NEKAD-an saya saat ini. Hanya do'a dan peluang belajar yang saya minta darimu, buat JP Kevin (Kakak), Kayleen (KayKay) dan Kaithlyn (Dede). Supaya anak-anak ini menjadi anak yang kuat Lahir dan Bathin. 

Amin Amin Amin. 

1 comment:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.site
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    8 Pasaran Togel Terbaik Bosku
    Joker Slot, Sabung Ayam Dan Masih Banyak Lagi Boskuu
    BURUAN DAFTAR!
    MENYEDIAKAN DEPOSIT VIA PULSA TELKOMSEL / XL
    DOMPET DIGITAL OVO, DANA, LINK AJA DAN GOPAY
    UNTUK KEMUDAHAN TRANSAKSI , ONLINE 24 JAM BOSKU
    dewa-lotto.site

    ReplyDelete