Kata Homeschooling itu bahasa kerennya dari Pendidikan Berbasis Keluarga.
Memang kalau diartikan langsung Home = Rumah, Schooling = Sekolah, bila digabungkan jadi Sekolah di Rumah. Banyak juga yang mengartikan kata "Sekolah di Rumah" ini sebagai pendidikan yang ada disekolah bulat-bulat dibawa kerumah, bisa saja. Akan tetapi bagi channy hal ini sangat berat untuk dilakukan.
Kenapa berat?
Ya karena kita bukan guru, kita adalah orang tua. Sekalipun orang tua yang berprofesi sebagai guru pun akan mengalami kesulitan untuk melakukan hal ini ke anak-anaknya, ini yang aku dengar dari beberapa teman praktisi yang berprofesi sebagai guru. Pasti berfikiran aneh khan, kenapa guru saja sulit melakukannya? Mungkin akan lebih mudah karena skill ilmunya sudah dipahami, akan tetapi dalam proses pelaksanaannya akan berat arena sistem dan pola pendidikan sekolah dan keluarga itu sudah jelas-jelas beda.
Jadi apa arti Homeschooling sebenarnya?
Home yang diartikan Rumah dalam bahasa indonesia, bila kita cermati lebih dalam lagi siapa yang berada dirumah kita? Ayah, Ibu dan Anak, kalau di bali sini biasa ada Nenek dan kakek, juga om, tante, sepupu tinggal dalam satu rumah. Schooling dapat lebih diartikan sebagai tempat dimana melakukan proses belajar mengajar. Jadi bisa diartikan seperti ini, suatu kelompok masyarakat yang memiliki hubungan persaudaraan/kandung/sedarah/pernikahan yang tinggal bersama dalam satu rumah, yang melakukan kegiatan bersama yang didalamnya ada unsur mendidik. Inilah sebenarnya, kenapa di Bali ini sangat cocok untuk pendidikan berbasis keluarga. Karena budayanya yang sudah sangat mendukung untuk melakukan teori pendidikan berbasis keluarga.
Nah sudah paham belum? Hehehe...
Jadi bila dapat di jabarkan lagi kira-kira sbb:
- Homeschooling itu adalah Orang Tua yang mengajar anak-anaknya.
- Tidak mendaftarkan diri kelembaga manapun untuk mendapatkan pendidikan. Akan tetapi, sah-sah saja untuk mendapatkan bantuan-bantuan dalam proses pendidikan dan pengajaran anak-anak.
Misalnya, Kakak ingin belajar alat musik piano. Karena kami tidak bisa main piano, ya kami carikan guru piano yang bisa mengajarkan kakak. Sekalipun mendapat bantuan guru-guru les mata pelajaran akademis seperti matematika, bahasa inggris, ilmu alam, dan ilmu-imu lainnya. Selama, memang anak senang dan bahagia. Materi dan penyampaian materinya pun juga mengikuti minat anak. Siapa yang tau benar tentang anaknya, kalau bukan orang tuanya sendiri bukan?
Nanti pasti bertanya lagi, Pakai kurikulum apa? Berapa biayanya?
Nah... Nah.... Nah... Ntar yaaaa dilanjutnya. Coba pelan-pelan nanti Channy sharing lagi ya dalam tulisan selanjutnya. Sebagai bagian dari proses belajar Channy belajar menulis dan nge-blog. Akan tetapi sebagai catatan saja, bahwa semua akan menjadi lebih efektif dan efisien karena anak-anak senang dan bahagia mempelajarinya.
Happy Learning!