Friday, May 16, 2014

Keluarga Homeschooling Kami



Sudah memasuki tahun ke-dua dari awal keluarga kami memutuskan untuk meng-homeschoolingkan anak-anak kami. Dimana banyak sekali hal-hal yang terjadi up and down dalam kehidupan kami dimasa itu.

Saat ini kami baru melewati fase terberat dalam kehidupan keluarga kami,
yang tentunya secara tidak langsung berpengaruh terhadap semua irama kehidupan kami. Kami tidak menyalahkan kondisi yang kami alami ini kepada apapun, siapapun sekalipun pada kondisi. Kami hanya mencoba untuk tetap berpositif thinking bahwa semua ini pasti ada hikmahnya. Untungnya kami terlahir dari keluarga yang penuh Kasih bahkan terlalu sekali kasih yang diberikan (karena aku ada turunan orang jawanya masih aja bisa bilang untung, separah apa cobaan itu datang, hehehe...), yang kadang kalau kami berada dalam kondisi tertekan bisa salah mengartikan Kasih yang keluargaku berikan. Satu yang tak pernah lepas dan menjadi panutan kami selama masa sulit itu datang, adalah Kasih Tuhan yang merelakan anak tunggal Nya, Yesus, mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia.Yesus tidak pernah lelah menerima siksaan dan cacian dari siapapun. Dan semua luka siksaan Nya dalam perjalanan mencapai waktu penghakimanNya di kayu salib, membentengkan kami dari keputusasaan dalam menjalani kehidupan kami sehari-hari. Dan mengambil nilai positif dari semua yang kami alami.

Dimasa ini pun tidak jarang pertanyaan-pertanyaan, saran dan masukan dari berbagai pihak mengenai hal ini. Bahkan sampai membuat kami sering merasa tertekan yang teramat dalam karena Kasih itu sendiri. Lalu apa itu Kasih, kalau kasih itu membuat kami tertekan. 

Mengutip bacaan Mazmur 103 menuliskan daftar “berkat” yang dicurahkan Allah kepada kita dalam kasih: Dia mengampuni segala dosa kita (ay.3), memuaskan kita dengan kebaikan (ay.5), menjalankan keadilan dan hukum (ay.6). Dia panjang sabar dan berlimpah kasih setia (ay.8). Dia tidak melakukan kepada kita setimpal dengan dosa kita (ay.10) dan telah menjauhkan pelanggaran kita sejauh timur dari barat (ay.12). 
Dia tidak melupakan kita! (santapanrohani.org/2013/07/29/apakah-%E2%80%A8kasih-itu/) 

Jadi apa itu kasih? Allah adalah kasih itu sendiri, dia setia mencurahkan Kasih Nya kepada kita umatnya. 

Sulit bila Kasih itu datang terutama untuk menjawab berbagai macam pertanyaan tentang masa depan anak-anak. Salah satunya “Bagaimana dengan pendidikan anak-anak?” “Ntar, anak kamu bego.” “Sekolahkan saja”, macam-macam lagi lainnya. 

Untuk menjawabnya saja tidak ada kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan Kasih dalam kondisi kami saat itu. Banyak sekali pengorbanan yang musti kami ambil sekalipun anak-anak sendiri yang akhirnya menjadi korban, tapi itu pun kami biarkan terjadi dan anak-anak rasakan, karena hal ini menjadikan anak-anak tau arti kehidupan sesungguhnya. 

Proses belajar anak-anak pun kami biarkan mengalir, tentunya yang sulit karena kami sendiri belum mengetahui berapa lama kondisi kami ini akan berubah. Bukan seperti kalau sedang dateline kerjaan saja, karena itu bisa saja dalam sebulan 1-2 kali terjadi. Tapi kondisi kami ini bisa terhitung waktu yang tak terhingga, seperti benar-benar mengikuti roda bumi berputar, tersiksa... sangat tersiksa yang kami alami. 

Dari titik yang paling rendah ini, Kuasa Kasih itu bekerja. Dimana kami mengajak anak-anak untuk memahami bahwa Kasih Tuhan itu sungguh luar biasa. Sekalipun kita gagal dalam kehidupan Tuhan tidak buta, selama kita tetap setia akan Kasih yang Tuhan ajarkan kepada kita pasti Kemenangan itu akan datang. Dan itu janji Tuhan kepada kita anak-anaknya. 

Tentunya, tidak semudah yang terlihat. Tapi anak-anak mengalami pelajaran yang luar biasa dengan setiap kejadian yang kami alami sehari-hari. Rasa sedih karena harus mengalah dari adiknya dan rasa senang karena bisa dapat mainan baru, semua bisa dinikmati dengan amat sangat luar biasa oleh ke-tiga buah hati kami. Tanpa melupakan untuk selalu mensyukuri segala yang Tuhan berikan dan menghargai proses kehidupan itu sendiri yang dapat berubah setiap saat. 

Untuk kami, orang tua, semakin yakin bahwa meng-homeschooling kan anak-anak kami adalah cara terbaik bagi anak-anak kami untuk menjadi manusia yang siap dalam kondisi kehidupan apapun.

No comments:

Post a Comment