Hidup itu seperti panggung sandiwara dalam lagu Iwan Fals, seperti roda berputar kadang diatas kadang dibawah kalau kata banyak orang bijak, atau seperti film the Matrix yang semua ternyata sudah di program dalam sebuah chip yang tertanam di kepala kita. Dulu tidak ada telp sebagai alat komunikasi, sekarang orang pun bisa meeting hanya dengan sebuah handphone. Dulu orang malu menceritakan tentang pengalaman buruknya, sekarang hal buruk malah banyak ditayangkan dan menjadi tontonan paling hits di media elektronik. Apakah semua ini suatu kebetulan yang terjadi di dunia ini? Coba dikoreksi bila salah, karena semua orang punya hak untuk bicara tentang deskripsi kehidupannya masing-masing. Semua deskripsi diatas menurut kami betul, karena Hidup itu benar panggung sandiwara, karena kehidupan itu kadang senang kadang susah dan semua itu sudah diatur sempurna oleh yang maha Esa sang pencipta sesuai kemampuan masing-masing ciptaannya.
Dalam kehidupan keluarga kami, kami baru menyadari bahwa kami belum dewasa sampai kami memiliki 3 anak yang ganteng dan cantik-cantik (menurut kami). Bukan suatu hal yang memalukan untuk diakui, karena kami menerima semua ini sebagai proses kehidupan. Kami sangat menikmati waktu kami ini seperti sebuah cerita dari seorang biksu asal inggris Ajahn Brahm, bahwa kita harus menerima ketidak sempurnaan diri kita dengan lapang, dan mampu melihat diri kita yang lain diluar dari kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat.
Dari background kami yang berbeda, kami mencoba menyatukan dan memperbaiki apa yang kurang dari kami berdua. Kehidupan kami sangat bertolak belakang. Kadang suka merasa malu dan minder bila melihat banyak pasangan muda sudah lebih prepared dalam menata kehidupan berkeluarga diusia yang sangat muda, sedangkan aku dan suami baru kembali menata hal itu dimana sudah ada buntut 3.
Sering bertanya pada diri, haruskah kami malu? haruskah kamu takut untuk melangkah? Haruskah...? Haruskah...?
Ya perlu merasakan hal malu, ya perlu merasakan takut, ya perlu untuk merasakan bersalah dan rasa yang timbul berkecamuk dalam hati. Tapi tidak menjadikan diri kita seorang yang pemalu, penakut, bersalah dan rasa-rasa lain yang ada dalam diri. Karena semua itu tidak pernah kami rencanakan untuk terjadi dan bukan suatu hal yang kami harapkan untuk terjadi. Kami hanya merasa sangat bersyukur untuk tetap bisa bersama menjaga keutuhan keluarga kami sampai detik ini.
Tentunya sulit bagi orang lain untuk bisa menerima bulat-bulat reaksi dan sikap yang kami berikan, tapi kami selalu mencoba menghadapi semua dengan senyuman sekalipun itu terasa berat. Tapi kami kini sudah bisa menertawakan setiap kejadian itu satu persatu, dan menemukan kedamaian itu ditengah ketidak sempurnaan yang kami miliki.
Adakah yang tau arti damai sesungguhnya? Indah sekali bila bisa menemukan kedamaian itu, dimana ditengah permasalahan yang ada dan ketidak tentuan kehidupan ini. Kami menemukan kedamaian itu bersama anak-anak, melihat mereka menjalani hari-harinya dengan begitu ringan tanpa beban. Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi esok. Melihat ana-anak dapat menerima kekurangan kami, orang tuanya dalam mendampingi proses belajar mereka setiap hari, sangat luar biasa. Mereka benar-benar sumber inspirasi pelajaran kehidupan bagi kami. Mensyukuri hari-hari yang kami jalani, sudah menjadi berkat luar biasa bagi kami. Karena pengampunan dari rasa bersalah hanya datang dari diri sendiri, bukan orang lain. Bila kita sudah bisa membiarkan rasa bersalah itu berlalu selamanya...
#mengawalimelawanrasatakutdalamdiri
From a friend on Path |
Dalam kehidupan keluarga kami, kami baru menyadari bahwa kami belum dewasa sampai kami memiliki 3 anak yang ganteng dan cantik-cantik (menurut kami). Bukan suatu hal yang memalukan untuk diakui, karena kami menerima semua ini sebagai proses kehidupan. Kami sangat menikmati waktu kami ini seperti sebuah cerita dari seorang biksu asal inggris Ajahn Brahm, bahwa kita harus menerima ketidak sempurnaan diri kita dengan lapang, dan mampu melihat diri kita yang lain diluar dari kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat.
Dari background kami yang berbeda, kami mencoba menyatukan dan memperbaiki apa yang kurang dari kami berdua. Kehidupan kami sangat bertolak belakang. Kadang suka merasa malu dan minder bila melihat banyak pasangan muda sudah lebih prepared dalam menata kehidupan berkeluarga diusia yang sangat muda, sedangkan aku dan suami baru kembali menata hal itu dimana sudah ada buntut 3.
Sering bertanya pada diri, haruskah kami malu? haruskah kamu takut untuk melangkah? Haruskah...? Haruskah...?
Ya perlu merasakan hal malu, ya perlu merasakan takut, ya perlu untuk merasakan bersalah dan rasa yang timbul berkecamuk dalam hati. Tapi tidak menjadikan diri kita seorang yang pemalu, penakut, bersalah dan rasa-rasa lain yang ada dalam diri. Karena semua itu tidak pernah kami rencanakan untuk terjadi dan bukan suatu hal yang kami harapkan untuk terjadi. Kami hanya merasa sangat bersyukur untuk tetap bisa bersama menjaga keutuhan keluarga kami sampai detik ini.
Tentunya sulit bagi orang lain untuk bisa menerima bulat-bulat reaksi dan sikap yang kami berikan, tapi kami selalu mencoba menghadapi semua dengan senyuman sekalipun itu terasa berat. Tapi kami kini sudah bisa menertawakan setiap kejadian itu satu persatu, dan menemukan kedamaian itu ditengah ketidak sempurnaan yang kami miliki.
Adakah yang tau arti damai sesungguhnya? Indah sekali bila bisa menemukan kedamaian itu, dimana ditengah permasalahan yang ada dan ketidak tentuan kehidupan ini. Kami menemukan kedamaian itu bersama anak-anak, melihat mereka menjalani hari-harinya dengan begitu ringan tanpa beban. Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi esok. Melihat ana-anak dapat menerima kekurangan kami, orang tuanya dalam mendampingi proses belajar mereka setiap hari, sangat luar biasa. Mereka benar-benar sumber inspirasi pelajaran kehidupan bagi kami. Mensyukuri hari-hari yang kami jalani, sudah menjadi berkat luar biasa bagi kami. Karena pengampunan dari rasa bersalah hanya datang dari diri sendiri, bukan orang lain. Bila kita sudah bisa membiarkan rasa bersalah itu berlalu selamanya...
#mengawalimelawanrasatakutdalamdiri
No comments:
Post a Comment